Membuat Topografi Menggunakan Kompas Geologi

Membuat Topografi Menggunakan Kompas Geologi


Membuat Topografi Menggunakan Kompas Geologi

 

Halo guys, kembali lagi di faisyalgeomining.blogspot.com, kali ini ane pengen berbagi teknik – teknik lapangan berdasarkan pengalaman ane di lapangan, walaupun gak sesering orang – orang lapangan, hehe. Oke, sebelumnya ane punya cerita kenapa ane ngangkat topik ini. Bermula dari ane ngebantuin teman ane yang lagi penelitian, jadi kebetulan dia membahas tentang pemetaan geoteknik. Usut punya cerita, akhirnya project dia berbenturan dengan kondisi dimana dia juga harus memetakan topografi di daerah penelitiannya. Kebetulan pula lokasi penelitiannya berada diluar zona pertambangan, jadi tidak adanya data sekunder berupa topografi sebagaimana disebutkan. Keputusannya kami harus meminjam alat – alat survey seperti Total Station (TS), Levelling, Theodolite, dan lain sebagainya. Singkat cerita alat tersebut sangat susah dalam urusan peminjamannya. Birokrasi dalam hal peminjaman alat agak sulit dikarenakan aktivitas kami ini di luar aktivitas perkuliahan (kata kampusnya, hehe :D). Jadi kami memutar otak, bagaimana tools yang kami punya (GPS dan Kompas) ini dapat digunakan untuk membuat topografi. Sehingganya, muncul lah ide untuk menggunakan instrumen sederhana kami itu untuk membuat peta topografi yang kami butuhkan, dimana langkah – langkah nya sebagai berikut (maaf kalo gambar – gambarnya itu hasil dari kegiatan kami di lapangan, sekedar untuk contoh) :

Peralatan yang dibutuhkan :

1.      Kompas Geologi (spesifik tipe Bruton)

2.      GPS

3.      Tali

4.      Tongkat/pancang 2 buah dengan tinggi yang sama (kalau bisa harus sama tinggi dengan tinggi pembidik).

Description: E:\Blog Aye Cingg\Gambar Pengukuran Topografi-Model.jpg

                            Gambar 1. Simulasi Ukuran Tongkat Bidik

5.      Papan triplek.

6.      Form data.

7.      Kalkulator

Untuk point nomor 6, penulis memberikan masukan format kertas form data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

No
Elevasi Awal
oE (UTM)
oN (UTM)
Sudut
Beda Tinggi
Elevasi Akhir
1
 
 
 
 
 
 
2
 
 
 
 
 
 
3
 
 
 
 
 
 
...
 
 
 
 
 
 

 

Untuk keterangan lebih lanjut, pengolahan data – data tersebut akan dijelaskan pada pembahasan.

Selain itu, untuk menjaga kondisi alat dan operasional saat pengukuran, dibutuhkan perlengkapan :

1.      Payung

2.      Jas Hujan (kalau perlu)

3.      Tas kecil

4.      Catatan dan keterangan lapangan.

Baiklah, sekarang kita masuk ke penjelasan lapangan :

1.    Bentuklah sebuah tim dengan anggota tidak kurang dari 4 orang dengan tugas masing – masing yaitu pembidik, pemutar clinometer, pemegang sasaran bidik, dan penanda lokasi dengan GPS.

2.    Lakukan survey pendahuluan dan observasi di lokasi yang diinginkan. Survey dapat dilakukan dengan mengunjungi daerah yang dimaksud secara langsung, atau bisa dengan penginderaan jauh seperti via Google Earth, foto udara, dll.

Description: C:\Users\ACER\Pictures\3.png

Gambar 2. Contoh interpretasi jauh menggunakan Google Earth

 
3.    Setelah kurang lebih mengenal daerah yang akan disurvey, maka tentukan titik awal lokasi yang akan menjadi lintasan survey. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan kita untuk menentukan tiitik – titik tembak yang akan diukur.  Tandai lokasi titik awal cukup dengan GPS, koordinat dalam satuan UTM dan elevasi sebagai Elevasi Awal.

Description: E:\COOLPAD 116\bluetooth\IMG_20170817_090130.jpg

Gambar 3. Penentuan titik awal pengukuran topografi

4.    Posisikan sasaran bidik ke titik yang diinginkan. Salah seorang operator pembawa sasaran bidik harus menentukan lokasi titik dengan membawanya ke titik yang diinginkan. Tips untuk pengukuran topografi yaitu dengan mengambil titik – titik puncak (crest) dan titik lereng (toe) dari topografi di lapangan. Setelah titik sudah ditentukan, tandai posisi titik tersebut dengan GPS. Catat koordinat titik tersebut pada kertas form.

Description: E:\bluetooth_20AGT2017\IMG_20170817_104221.jpg

Gambar 4. Pencarian titik pengukuran

5.    Selanjutnya, operator bidik harus mengepaskan bidikan kompas ke titik sasaran pada tongkat sasaran. Caranya :

a.    Tegakkan tongkat pembidik sehingga lurus dengan posisi pembidik.

b.    Tempelkan sisi West kompas dan arahkan penunjuk arah kompas ke arah sasaran bidik.

c.    Pastikan kompas pada kondisi level, caranya dengan mengatur sudut klinometer sebesar 0o, kemudian gerakkan tongkat sampai nifo tabung pada kompas level. Pertahankan posisi tongkat.

d.    Selanjutnya, tarik besi pembidik pada kompas pada ujung penunjuk arah kompas sehingga tegak lurus terhadap penunjuk. Kondisikan pula besi pembidik di dekat cermin kompas sehingga sejajar dengan ujung lancip besi pembidik pada ujung kompas.

Description: E:\Blog Aye Cingg\kompas.jpg

Gambar 5. Rangkaian posisi bidikan kompas ke sasaran

e.    Bidik sasaran pada kondisi 0o. Pastikan kembali bahwa kompas dalam kondisi level. Selanjutnya arahkan bidikan kompas dengan mengangkat perlahan sisi West kompas dengan menggunakan tangan. Pastikan sisi west kompas tetap menempel pada tongkat dan jari pembidik.  Selanjutnya operator klinometer memutar klinometer sehingga didapatkan sudut yang baru sesuai dengan posisi sasaran bidik.

Description: E:\Blog Aye Cingg\sudut kompas.jpg

Gambar 6. Pengukuran sudut kompas

 

f.       Catat sudut hasil pengukuran ke dalam form.

g.       Selanjutnya lakukan pengukuran serupa pada titik sasaran bidik yang baru.

Description: E:\Blog Aye Cingg\Gambar Pengukuran Topografi-Model.jpg2.jpg

Gambar 7. Pengukuran untuk titik – titik selanjutnya

Untuk informasi, pengukuran sederhana ini hanya dapat pada jarak pandang terbatas, tergantung kondisi pengukuran dan kejelian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan langkah moving yaitu posisi kompass dipindahkan pada titik baru. Namun sebelum itu, titik baru ini harus diukur terlebih dahulu. Data yang diperoleh ini langsung dihitung menggunakan kalkulator (perhitungan dijelasin di bawah ini), sehingga didapatkan elevasi awal yang baru. Teknis pengukuran sama dengan pengukuran titik yang lain. Setelah didapatkan elevasi yang baru, barulah titik pembidik dipindahkan pada posisi yang baru. Jangan lupa menandai posisi lokasi yang baru ini ya guys. . :D

Penjelasan pengolahan data :

Setelah dilakukan pengukuran di lapangan, data tersebut perlu dilakukan pengolahan untuk menginterpretasikannya ke dalam bentuk peta topografi. Gak usah lama – lama, ini guys caranya :

1.    Menentukan beda tinggi

Beda tinggi untuk tiap – tiap titik ditentukan dengan menggunakan data koordinat GPS dan sudut yang diperoleh. Dari koordinat GPS, dapat ditentukan jarak horizontal antar titik, karena asumsi posisi pada GPS dan sistem GIS, bumi diasumsikan pada kondisi bidang datar. Jarak antara titik dapat diselesaikan dengan rumus phytagoras sebagai berikut :

R =

R =  

Dimana :

x1 = Koordinat x awal

x2 = Koordinat x akhir

y1 = Koordinat y awal

y2 = Koordinat x akhir

 

Setelah didapatkan nilai jarak horizontal, perhitungan beda tinggi dapat dilakukan lagi – lagi dengan menggunakan rumus phytagoras sebagai berikut.

Description: E:\Blog Aye Cingg\sudut phytagoras.jpg
Gambar 8. Perhitungan beda tinggi melalui simulasi persamaan phytagoras

Dengan α merupakan sudut pengukuran beda elevasi. Maka, beda tinggi dari kedua posisi tersebut dapat ditentukan dengan persamaan :

 

Beda tinggi = tan α . Jarak Horizontal

Setelah didapatkan beda tinggi, maka dapat ditentukan elevasi akhir yang merupakan penjumlahan elevasi awal dengan beda tinggi hasil pengukuran :

Elevasi akhir = Elevasi Awal + Beda tinggi.

Selanjutnya, kumpulan elevasi akhir dan titik koordinatnya ini siap dijadikan data untuk melakukan pemetaan topografi.

Catatan : Untuk lebih lengkapnya peta topografi, sebaiknya juga ditandai lokasi – lokasi seperti sungai, jalan raya, dan lain – lain jika diperlukan.

 
Oke guys, ane rasa cukup untuk kali ini. Semoga tulisan ane ini bermanfaat untuk kita semua. Jangan lupa dipraktekkin ya, karena ilmu gak akan berasa manfaatnya jika tidak dipraktikkan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya yaa . . 

 

 

 

 

 

 

 
Skala Waktu Geologi

Skala Waktu Geologi


Skala Waktu Geologi

Sejarah dari bumi terekam oleh susunan  stratigrafi material yang ada di bawahnya. Hal ini didukung oleh teori superposisi  dimana perlapisan batuan tersusun secara sesuai umur pengendapannya. Biasanya bentuk bawah permukaan berlapis – lapis dan bersesuaian dengan kapan lapisan tersebut diendapkan.

Lapisan – lapisan tersebut mengalami berbagai kejadian secara geologi seperti pemampatan (compacting) akibat dari tekanan batuan diatasnya. Hal yang paling kontras yang dapat menjadi parameter dari umur batuan meliputi keterdapatan fosil – fosil dari makhluk hidup yang hidup pada zamannya. Selain itu, pengenalan dari umur batuan pada suatu lapisan disimpulkan dari sisa – sisa aktivitas yang berbekas di suatu lapiisan, seperti lubang cacing, jejak kaki. Selain itu, juga dapat dilakukan pengecekan dengan cara melihat tingkat peluruhan karbon dari setiap material.

1.       Karakteristik dari fosil – fosil

Beberapa bukti yang menunjukkan umur dari suatu lapisan berdasarkan fosil yang ada adalah sebagai berikut :

·         Fosil tertua yang pernah ditemui yaitu fosil makhluk hidup bersel tunggal yang berumur 3800 – 3500 Juta Tahun SM.

·         Evolusi berjalan dengan lambat pada awal pembentukannya. Dijumpai fosil dari makhluk hidup bersel ganda (multiselular) yang berumur 580 – 550 Juta tahun SM.

·         Tingkat evolusi berjalan lebih cepat. Beberapa organisme ditemukan berumur 60 juta tahun SM era Cainozoic ke atas yang memiliki tingkat evolusi yang signifikan.

·         Tingkat evolusi tidak memiliki pengaruh

·         Tingkat evolusi kian kompleks, mulai dari organisme sel tunggal menuju sel ganda hingga menjadi hewan bertulang belakang.

·         Organisme yang mampu bertahan hidup melalui fase – fase menurut zamannya makin tersebar hingga ke seluruh dunia.

2.       Pembagian waktu geologi dan penjelasannya.

Secara garis besar, waktu geologi dibagi menjadi beberapa sub waktu berdasarkan rentang waktunya, yaitu Eon, Era, Periode, dan Epoch.

a.       Rentang Eon

Eon merupakan rentang waktu terbesar dalam skala waktu geologi. Dalam satu satuan skala, waktu Eon dibagi atas 100 Juta Tahun untuk setiap intervalnya. Pembagian waktu berdasarkan Eon diantaranya Archean, Proterozoic, dan Phanerozoic. Skala ini mengasumsikan bahwa kehidupan ini dimulai di zaman Archean (3700 Juta Tahun SM) namun organisme multiseluler tidak ditemukan hingga 580 Juta Tahun SM (di pertengahan Periode Ediacaran). Era dimana terjadi evolusi secara garis besar terjadi pada zaman Phanerozoic.

Penamaan eon Archean dan Proterozoic lebih identik dinamai zaman Pra Kambrium.

Eon Phanerozoic dibagi lagi menjadi 3 era, yaitu era Palaeozoic, Mesozoic, dan Cainozoic. Setiap transisi dari masing – masing era memiliki bentuk kehidupan yang berbeda secara signifikan. Diantaranya :

1)      Palaeozoic

Terjadinya organisme bercangkang keras pertama di bumi. Berumur 540 Juta Tahun Sebelum Masehi. Pada eon ini dibagi lagi menjadi beberapa Periode sebagai berikut ;

a)      Cambrian (541 – 485 Juta Tahun SM)

b)      Ordovician (485 – 444 Juta Tahun SM)

c)       Silurian (444 – 419 Juta Tahun SM)

d)      Devonian (419 – 359 Juta Tahun SM)

e)      Carbonifereous (359 – 299 Juta Tahun SM), dibagi lagi atas :

i.      Mississippian (359 – 323 Juta Tahun SM)

ii.     Pennisylvanian (323 – 299 Juta Tahun SM)

f)       Premian (299 -252 Juta Tahun SM)

 

2)      Mesozoik

Punahnya hingga 90% dari makhluk hidup termasuk organisme Trilobites. Berumur 250 juta tahun SM. Pada eon Mesozoik dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :

a)      Triassic ( 252 – 201 Juta Tahun SM)

b)      Jurassic (201 – 145 Juta Tahun SM)

c)       Certaceous (145 – 66 Juta Tahun SM)

3)      Cainozoic

Pada periode ini ditandai dengan punahnya dinosaurus dan organisme lainnya pada 65 Juta Tahun SM.

a)      Palaeosen (66 – 56 Juta Tahun SM)

b)      Eosen (56 – 33,9 Juta Tahun SM)

c)       Oligosen (33,9 – 23 Juta Tahun SM)

d)      Miosen (23 – 5,3 Juta Tahun SM)

e)      Pliosen (5,3 – 3,6 Juta Tahun SM)

f)       Pleistosen (2,6 Juta – 100.000 Tahun SM)

                Periode Cambrian memiliki nilai yang signifikan dalam sejarah evolusi. Organisme bercangkang keras terbentuk di periode ini. Selain itu, juga banyak muncul organisme baru yang hasil evolusi pada periode ini sehingga periode ini diberi julukan Cambrian Explosion.

Semua era yang terdapat pada skala waktu geologi dibagi lagi atas beberapa periode. Biasanya periode ini diberi nama berdasarkan lokasi pertama zaman tersebut diidentifikasi. Seperti contohnya seperti zaman Jura, yang diberi nama karena pertama kali dilakukan studi untuk zaman ini dillakukan di Gunung Jura, Swiss dan di Jerman Selatan. Contoh lainnya, diberi nama Periode Cambrian karena pertama kali dilakukan studi untuk zaman ini dilakukan di Gunung Cambrian di Wales.

3.    Teknik Pembacaan Waktu Geologi

Terdapat beberapa metode untuk menentukan umur geologi yang dijumpai di lapangan, beberapa diantaranya :

a.       Isotropic Dating


Setiap lapisan pada stratigrafi menjadi petunjuk yang hakiki dalam menentukan umur lapisan. Setiap lapisan tidak akan pernah berubah susunannya dan mengikuti Hukum Superposisi. Dari gambar, diketahui bahwa umur dari lapisan A merupakan lapisan tertua dan lapisan C merupakan lapisan termuda. Prinsip ini biasanya lebih diunggulkan jika tidak terdapatnya informasi dari fosil yang ditemukan pada lapisan ini. Prinsip dari hukum superposisi dan Hukum Saling Memotong ini memberikan informasi bahwa suatu lapisan batuan atau intrusi batuan beku berumur dari tua atau lebih muda dari lapisan lainnya. Namun prinsip ini tidak menginformasikan berapa umur lapisan tersebut secara rinci.

Pelacakan umur lapisan ini dapat diketahui dengan menggunakan metode Isotropic Dating. Metode ini dapat menentukan umur dari batuan beku hingga batuan metamorf dan beberapa jasad organik dalam suatu lapisan.

Metode Isotropic Dating ini menggunakan Prinsip Peluruhan Radioaktif. Pada metode ini, partikel dipancarkan dari nukleous atom, dimana atom akan berubah menjadi atom lainnya.

Atom yang mengalami peluruhan radioaktif disebut parent dan atom yang telah berubah disebut daughter. Secara umum, nilai dari waktu peluruhan ini ditentukan dari diagram peluruhan radioaktif. Seperti contohnya di bawah ini  Instrument yang digunakan dalam metode ini dinamakan Mass Spectrometer.